Visi dan Misi Penerbit Fahmi Karya

 


Di tengah derasnya arus globalisasi dan homogenisasi budaya, peran penerbit lokal menjadi krusial sebagai benteng pertahanan sekaligus garda terdepan dalam pelestarian kearifan daerah. Di Sumatera Barat, sebuah provinsi yang kaya akan adat, sejarah, dan sastra, satu nama yang secara konsisten mendedikasikan dirinya untuk misi ini adalah Penerbit Fahmi Karya. Lebih dari sekadar entitas bisnis percetakan, Fahmi Karya telah menjelma menjadi sebuah institusi budaya yang mengemban visi luhur: "maangkek batang tarandam"—mengangkat kembali batang kayu yang telah lama terbenam—untuk menjaga agar warisan intelektual dan budaya Minangkabau tidak lekang oleh waktu dan tetap relevan bagi generasi mendatang.

Visi untuk "mengangkat batang terendam" ini bukanlah sekadar slogan, melainkan sebuah filosofi yang meresap ke dalam setiap pilihan naskah yang mereka terbitkan. Fahmi Karya, yang berbasis di Ranah Minang, menyadari bahwa banyak sekali kekayaan budaya—berupa sastra lisan, naskah-naskah kuno (manuskrip), pemikiran tokoh-tokoh adat dan agama, serta sejarah lokal—yang berisiko hilang atau terlupakan. Generasi muda semakin berjarak dengan akar budayanya sendiri. Oleh karena itu, misi Fahmi Karya adalah mendokumentasikan, menerbitkan, dan menyebarluaskan kembali khazanah tersebut dalam format buku yang mudah diakses, dipelajari, dan diwariskan.

Manifestasi dari visi dan misi ini terlihat jelas dari katalog buku-buku yang telah mereka lahirkan. Secara garis besar, publikasi Fahmi Karya dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pilar utama pelestarian budaya Minangkabau:

1. Pelestarian Sastra Klasik dan Sastra Lisan:
Fahmi Karya mengambil peran penting dalam mentransformasi sastra lisan Minangkabau yang legendaris ke dalam bentuk tulisan. Dengan menerbitkannya, Fahmi Karya tidak hanya menyelamatkan cerita-cerita ini dari kelupaan, tetapi juga menyajikannya kepada pembaca modern yang mungkin tidak lagi memiliki akses terhadap tradisi bakaba (bercerita) secara lisan. Selain itu, penerbitan kumpulan pantun, pepatah-petitih, dan ungkapan-ungkapan adat menjadi upaya nyata untuk mengabadikan kekayaan bahasa dan seni retorika Minangkabau.

2. Penguatan Filsafat Adat dan Agama:
Inti dari kebudayaan Minangkabau adalah falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK). Fahmi Karya secara konsisten menerbitkan buku-buku yang mengupas, menganalisis, dan menjelaskan filosofi ini secara mendalam. Karya-karya ini sering kali ditulis oleh para ninik mamak, alim ulama, dan cendekiawan Minang yang memiliki pemahaman mendalam tentang hubungan harmonis antara adat dan ajaran Islam. Buku-buku ini berfungsi sebagai rujukan vital bagi siapa saja yang ingin memahami landasan sosial dan spiritual masyarakat Minangkabau, memastikan bahwa nilai-nilai fundamental ini terus dipelajari dan diimplementasikan.

3. Dokumentasi Sejarah dan Biografi Lokal:
Sejarah sering kali ditulis dari perspektif pusat, yang terkadang mengabaikan narasi dan pahlawan dari daerah. Fahmi Karya memberikan ruang bagi penulisan dan penerbitan sejarah lokal Sumatera Barat dari sudut pandang "orang dalam". Mereka menerbitkan biografi tokoh-tokoh penting Minangkabau, baik pahlawan perjuangan kemerdekaan seperti Tuanku Imam Bonjol maupun tokoh-tokoh adat dan ulama yang berpengaruh. Dengan demikian, mereka membantu membangun sebuah narasi sejarah yang lebih kaya dan berakar, memberikan kebanggaan identitas lokal kepada masyarakatnya.

4. Menjadi Jembatan Antargenerasi:
Buku-buku terbitan Fahmi Karya secara esensial berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan generasi tua—pemegang dan pewaris pengetahuan—dengan generasi muda. Bagi mahasiswa, peneliti, dan pelajar, karya-karya ini adalah sumber primer dan sekunder yang tak ternilai harganya untuk studi budaya, sastra, dan sejarah Minangkabau. Bagi masyarakat umum, buku-buku ini adalah jendela untuk menengok kembali kekayaan masa lalu dan menemukan relevansinya di masa kini.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url