Buku Pacuan Kuda Gelanggang Kubu Gadang Payakumbuh Diluncurkan di Alek Pacu Kudo Walikota Cup 2025
Sebuah buku berjudul “Pacuan Kuda Gelanggang Kubu Gadang: Seluk Beluk tentang Ras Kuda, Perawatan, Pengembangan, Industri, Pelatihan dan Tradisi Berkuda di Kota Payakumbuh” resmi diluncurkan pada pembukaan Alek Pacu Kudo Walikota Cup di Gelanggang Pacuan Kuda Kubu Gadang, Payakumbuh, Minggu (23/02/2025).
Peluncuran buku ini ditandai dengan penyerahan simbolis kepada Wakil Walikota Payakumbuh, Elzadaswarman, SKM, MPPM, dan Ketua DPRD Payakumbuh, Wirman Putra Dt. Mantiko Alam.
Buku ini merupakan hasil karya kolaborasi antara Ir. Suprayitno, MA (mantan Pj Walikota Payakumbuh), Drs. H. Rida Ananda, M.Si (Ketua Umum Pordasi Kota Payakumbuh), Mardion Fernandes (Ketua Pelaksana Harian Pordasi Kota Payakumbuh), dan Feni Efendi (penulis memori kolektif).
Dalam sambutannya, Wakil Walikota Elzadaswarman menyampaikan apresiasinya terhadap pacuan kuda dan penerbitan buku ini. “Dengan diselenggarakannya Alek Pacu Kudo ini dapat memberi dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat Payakumbuh,” ujarnya. “Begitu juga dengan usaha mendokumentasikan kegiatan olahraga berkuda di kota ini dalam bentuk buku juga merupakan usaha dalam melestarikan dan menjadi sumber sejarah bagi generasi mendatang,” sambungnya.
Suprayitno, yang juga turut menulis buku ini, mengungkapkan ketertarikannya pada dunia perkudaan Payakumbuh. “Saya semenjak kecil telah menyukai kuda dan saya sangat bersyukur ditugaskan di kota ini yang memiliki iklim gairah berkuda yang tinggi di masyarakatnya,” katanya.
Rida Ananda, Ketua Umum Pordasi Payakumbuh, berharap buku ini dapat menjadi sumber edukasi bagi para pecinta kuda. “Sebagai Ketua Umum PORDASI Payakumbuh, sudah kewajiban saya juga dalam mendokumentasikan kegiatan-kegiatan berkuda di Payakumbuh. Semoga ke depan kami dapat melakukan kegiatan-kegiatan perkudaan di kota ini menjadi lebih inovatif lagi dan Payakumbuh bisa menjadi sumber edukasi perkudaan bagi peminat dan pecinta kuda di mana pun berada,” tuturnya.
Mardion Fernandes menambahkan, “Semoga dengan ditulisnya kegiatan-kegiatan perkudaan di Payakumbuh maka diharapakan para pecinta kuda di Indonesia dapat mengetahui bahwa di daerah kita ini dulunya mnenghasilkan ras-ras kuda berkualitas dari peternakan Padang Mangateh. Maka dengan begitu, gairah peternakan kuda di Payakumbuh dapat bergairah lagi seperti pada tahun-tahun sebelumnya,” harapnya.
Feni Efendi, sang penulis memori kolektif, menyoroti sejarah panjang tradisi berkuda di Payakumbuh. “Kegiatan perkudaan di Payakumbuh telah memiliki sejarah yang panjang. Dan sampai sekarang, gairah berkuda dan minat melihat pacuan kuda masih sangat besar dari masyarakatnya. Dan perkembangan gairah perkudaan itu harus kita catat. Termasuk mencatat kuda-kuda legendaris zaman dulu hingga mencatat nama-nama joki. Selain itu kita juga berupaya menelusuri foto-foto kegiatan pacuan dari dulu hingga sekarang dan itu sebagai catatan sejarah di masa mendatang. Dengan adanya usaha penyelamatan peristiwa-peristiwa masa lalu maka dengan begitu akan dapat memperkuat identitas bangsa dan jati diri warga kota,” pungkasnya.
Peluncuran buku ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk melestarikan dan mengembangkan tradisi berkuda di Payakumbuh, serta menjadi sumber informasi yang berharga bagi generasi mendatang.